LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PP PERALATAN LISTRIK
Nama :
Cici Handesri Mahesa
NIM :
1620403001
Mata Kuliah :
Rewinding Motor
Program Studi :
Teknologi Listrik
Jurusan :Teknik
Elektro
Semester :
VI ( Genap)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
TAHUN 2019
1.
Dapat mengetahui langkah-langkah menggambar rangkaian bentang belitan
motor induksi 3 fasa
2.
Dapat menggambar rangkaian bentang belitan motor induksi 3 fasa
Motor induksi adalah
motor listrik arus bolak balik (AC) yang putaran rotornya tidak sama dengan
putaran medan putar pada stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran
medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.
Motor
induksi, merupakan motor yang memiliki konstruksi yang baik, harganya lebih
murah dan mudah dalam pengaturan kecepatan, stabil ketika berbeban dan
mempunyai efisiensi tingggi. Motor induksi adalah motor (AC) yang paling banyak
digunakan dalam industri dengan skala besar maupun kecil, dan dalam rumah
tangga. Motor induksi ini pada umumnya hanya memiliki satu suplai tenaga yang
mengeksitasi belitan stator. Belitan rotornya tidak terhubung langsung dengan
sumber tenaga listrik, melainkan belitan ini dieksitasi oleh induksi dari
perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh arus pada belitan stator.
Motor
induksi adalah motor AC yang paling banyak dipergunakan, karena konstruksinya
yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik. Secara umum motor induksi
terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan
stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang
jaraknya sangat kecil.
Gambar
2.1 konstruksi motor
induksi
Gambar
2.2 Bagian-bagian Motor Induksi 3 Fasa
Secara
umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator
a.
Stator
Komponen
stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan
mengalirkan arus fasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki
alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur
pada tumpukan laminasi inti di isolasi dengan kertas (gambar b). Tiap elemen
laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (gambar a). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa
lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang
disebut belitan fasa dimana untuk motor tiga fasa, belitan tersebut terpisah
secara listrik sebesar 1200. Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga
yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator
diletakkan dalam cangkang silindris (gambar c). berikut ini contoh lempengan
laminasi inti. Lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah
diletakkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga fasa.
Gambar
2.3 Menggambarkan
komponen stator motor induksi tiga phasa
a.
Lempengan inti,
b.
Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya.
c.
Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.
b.
Rotor
Ada
dua jenis motor induksi tiga fasa berdasarkan rotornya yaitu:
a.
Motor induksi tiga fasa rotor sangkar tupai
b.
Motor induksi tiga fasa rotor belitan
Kedua
motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai prinsip konstruksi
stator yang sama tetapi berbeda dalam konstruksi rotor.
a)
Motor induksi tiga fasa rotor sangkar
tupai
Penampang
motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator pada motor
sangkar tupai tiga fasa terbuat dari lapisan-lapisan pelat baja beralur yang
didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang
dipabrikasi. Lilitan-lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang
terpisah 1200 derajat listrik. Lilitan fasa ini dapat tersambung dalam hubungan
delta (∆) ataupun bintang (Y)
Gambar 2.4
Rotor jenis sangkar(a) Tipikal rotor sangkar, (b) Bagian – bagian rotor sangkar
Batang
rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran
tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih
besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan kedalam alur rotor dan
kemudian dilas dengan kuat kecincin ujung. Batang rotor motor sangkar tupai
tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerap kali
dimiringkan hal ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga
mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar. Pada ujung
cincin penutup diletakkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.
Motor
induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 3.5 dibawah ini :
Gambar 2.5
(a) konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil,
(b)
konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran besar
b)
Motor induksi tiga fasa rotor belitan
Motor
rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor sangkar tupai dalam hal
konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi
serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara Y dan
masing-masing fasa ujung terbuka yang dikeluarkan kecincin slip yang terpasang
pada poros motor. Secara skematik dapat dilihat pada gambr 3.6 dari gambar ini
dapat dilihat bahwa cincin slip dan sikat semata-mata merupakan penghubung
tahanan kendali variabel luar kedalam rangkaian rotor.
Gambar
2.6 skematik diagram
motor induksi rotor belitan
Pada
gambar 3.6 motor ini, cincin slip yang terhubung kesebuah tahanan variabel
eksternal yang berfungsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab
terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada
rangkaian rotor belitan menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan
arus pengasutan yang lebih kecil disbanding dengan rotor sangkar.
Konstruksi
motor tiga fasa rotor belitan ditunjukkan pada gambar 3.7 dibawah ini.
Gambar 2.7 (a) rotor belitan, (b) konstruksi motor induksi tiga fasa
dengan rotor belitan
2.1.2
Keuntungan dan Kerugian penggunaan
motor induksi 3 fasa :
1.
Keuntungan motor induksi tiga fasa:
a. Motor
induksi tiga fasa sangat sederhana dan kuat.
b. Biayanya
murah dan dapat diandalkan.
c. Motor
induksi tiga fasa memiliki efisiensi yang tinggi pada kondisi kerja normal.
d. Perawatannya
mudah.
e. Mempunyai
efesiensi yang cukup tinggi pada kondisi putaran normal.
f. Tidak
memerlukan sikat, sehingga rugi gesekan dapat diperkecil.
g. Mempunyai
faktor daya yang relative baik.
h. Pengaturan
startingnya sederhana (terutama jenis rotor sangkar)
2.
Kerugian motor induksi tiga fasa:
a. Kecepatannya
tidak bisa bervariasi tanpa merubah efisiensi.
b. Kecepatannya
tergantung beban.
c. Pada
torsi start memiliki kekurangan.
2.1.3
Prinsip Medan Putar
Motor
induksi terdiri dari stator dan rotor. Stator terdiri dari tiga fasa lilitan
yang mempunyai hambatan yang sangat kecil dan di susun secara seimbang dengan
beda fasa 120°. Pada mulanya tengana 3 fasa diberikan pada stator dengan bentuk
gelombang seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.8
Gelombang Sinusoidal Tegangan Arus Bolak-Balik 3 Fasa pada
Stator
Perputaran
motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluks
yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini
terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umurnnya tiga
fasa. Hubungan dapat berupa bintang atau delta.
Disini
akan dijelaskan bagannana terjadinya medan putar itu. Perhatikan gambar 4.9
dibawah ini.
Gambar 2.9 Medan Putar
Misalnya
kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa, dengan fasa rnasing-masing 120°
(gambar 3.9 a) dan dialiri arus sinusoidal. Distribusi ia, ib, ic
sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 3.9 b. pada keadaan tl, t2, t3,
dan 14 fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut
masing-masing adalah seperti gambar 3.9 c, d, e, dan f.
Pada
t1 fluks resultannya mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan
oleh kumparan a-a; sedangkan t2 fluks resultannya dihasilkan oleh kumparan
b-b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks
resultan yang dihasilkan pada saat tl. Dari gambar 3.9 c, d, e, dan f
tersebut terlihat bahwa fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh
karena itu, untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan
sinkron dapat diturunkan sebagai berikut :
Dimana
:
Ns
= 120.f/p
f
= frekuensi
p
= jumlah kutub
2.1.4
Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa
Prinsip
kerja Motor Induksi 3 Fasa :
a.
Ketika tegangan tiga fasa yang seimbang
diberikan pada belitan stator, maka belitan stator akan menghasilkan arus yang
mengalir pada tiap-tiap fasanya.
b.
Arus pada setiap fasa stator akan
menghasilkan fluksi yang berubah terhadap waktu.
c.
Amplitudo fluksi yang dihasilkan pada
fasa stator berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap belitan.
d.
Penjumlahan dari ketiga fluksi pada
belitan stator disebut medan putar yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns),
besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi f yang
dirumuskan dengan :
Dimana
:
Ns
= 120.f/p
f
= frekuensi
p
= jumlah kutub
e.
Akibat fluksi yang berputar tersebut
maka timbul tegangan induksi pada belitan stator yang besarnya dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:
f.
Fluksi yang berpɸutar tersebut juga
memotong belitan rotor. Akibatnya pada belitan rotor akan dihasilkan tegangan
induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut:
E2
= tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (volt)
N2
= jumlah lilitan kumparan rotor
ɸmax
= fluksi maksimum (Wb)
g.
Karena kumparan rotor merupakan
rangkaian tertutup, maka tegangan induksi tersebut akan menghasilkan arus I2.
h.
Arus I2 ini berada pada medan magnet
yang dihasilkan oleh stator, sehingga pada belitan rotor akan dihasilkan gaya
(F).[1]
i.
Gaya (F) ini akan menghasilkan torsi
(Ï„), jika torsi yang dihasilkan ini lebih besar dari torsi beban, maka rotor
akan berputar dengan kecepatan ns yang searah dengan medan putar stator.
j.
Ada perbedaan kecepatan medan putar pada
stator (ns) dengan kecepatan putaran rotor (nr), perbedaan ini disebut slip (s)
yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
k.
Setelah rotor dalam keadaan berputar, besarnya
tegangan yang diinduksikan pada belitan rotor akan dipengaruhiatau tergantung
terhadap slip(s). tegangan induksi pada rotor dalam keadaan ini dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:
Dimana:
E2s
= tengana pada rotor dalam keadaan berputar (volt)
f
2 = s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan
induksi pada rotor dalam keadaan berputar)
l.
Akibat adanya slip (s), maka nilai
frekuensi pada rotor (Æ’2) dan reaktansi rotor (x2) akan dipengaruhi oleh slip,
yang dapat dinyatakan dengan s Æ’ dan sx2.
m.
Jika kecepatan putaran rotor (nr) sama
dengan kecepatan medan putar stator (ns), maka slip bernilai nol, tidak ada
fluks yang memotong belitan rotor sehingga pada belitan rotor tidak
diinduksikan tegangan, maka tidak ada arus yang mengalir pada belitan rotor, sehingga
rotor tidak berputar, karena tidak ada gaya yang terjadi pada rotor.
Dalam
rewending dikenal 3 jenis gulungan yaitu Type Diamond, Type Scmith dan Type
Block.
a.
Type Diamond
Gulungan
jenis ini mempunyai bentuk yang sangat simetris dan rapi serta disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu gelung/membentuk diamond.
Cirri-ciri
type diamond adalah sebagai berikut :
1. Bentuk
wending sangat simentri dan rapi.
2. Dalam
satu alur terdapat 2 (dua) coil.
3. Setiap
group wending membentuk 1 (satu) kutub.
4. Jumlah
kutub x fasa – jumlah group coil.
5. Langkah
coil = jumlah alur/jumlah kutub tiap fasa ± 1 (satu).
6. Jumlah
coil tiap group = jumlah alur/jumlah group.
Cara menyambung coil
adalah dengan acara arah salaing berlawanan sehingga kutub-kutub magnit juga
akan saling berlawanan (bepasanagan) dibawah ini akan diperlihatkan bentu
gambar winding dan diagram sambungan motor type diamond.
Contoh:
Motor induksi 3 fasa dengan jumlah
kutub perfasanya adalah 4 kutub mengunakan system gulungan diamond
Gambar
2.10 Bentuk coil type
diamond
Gambar
2.11 Bentuk susunan
wending
Gambar
2.12 diagram sambung
b.
Type Schmith
Gulungan
dengan jenis ini mempunyai bentuk yang tidak simentris dan gulungannya terpusat
ditegah, gulungannya disusun saling bertindih setengah.
Ciri-ciri
schmith adalah sebagai berikut :
1. Dalam
satu alur terdapat hanya satu coil, dalam beberapa kasus ada beberapa alur yang
siisi dua coil dengan jumlah lilitan masing-masing setengah dari jumlah lilitan
yang berisi satu coil.
2. Dalam
satu group coil akan membentuk satu pasang magnit (dua kutub magnit dengan
polritas berlawanan).
3. Jumlah
group coilnya adalah 1/2 x (jumlah kutub x jumlah fasa).
4. Langkah
coil adalah 1/3 x jumlah alur (terkecuali untuk motor
dengan 2 kutub).
5. Jumlah
coil tiap group adalah 1/2 x (jumlah alur/jumlah group
coil).
Cara menyambung coilnya
adalah dengan arah yang sama (vectornya satu arah) sehingga dalam satu group
coil akan tercipta satu pasang kutub magnit (utara dan selatan), pada arus
dengan arah yang masuk ke coil yang tertinggal akan tercipta kutub utara dan
pada arus dengan arah keluaran dari coil (arus yang menuju kea rah putaran)
akan tercipta kutub selatan.
Contoh:
Motor
induksi 3 fasa dengan kutub perfasa adalah 4 dengan system gulungan type
schmith.
Gambar
2.15 Diagram sambung
type Schmith
c.
Type Blok
Gulungan
jenis ini adalah gabungan antara jenis diamond dan jenis schmith, mempunyai
bentuk gulungan yang menyerupai bentuk schmicth tapi cara penyambungan coilnya
sama dengan type diamond.
Cirri-ciri
type block adalah sebagai berikut :
1) Gulungan
ini mempunyai bentuk yang tidak simetris dan disusun sedemikian rupa ehingga
menyerupai bentuk gulungan schmith, sambungan coilnya disambung secara
berlawanan sehingga apabila dimasukkan arus listrik akan terbentuk kutub-kutub magnit yang berlawanan.
2) Dalam
satu alur hanya terisi satu coil pada kasus tertentu ada beberapa alur yang
terisi dua coil dengan jumlah lilitan masing-masing setengah dari jumlah
lilitan pada alur yang berisi satu coil.
3) Setiap
group coil akan membentuk satu kutub magnit.
4) Jumlah
group coil = jumlah kutub x fasa.
5) Langkah
coilnya = jumlah alur/jumlah kutub tiap fasanya.
6) Jumlah
coilnya = ½ x (jumlah alur/jumlah group coilnya).
Dibawah
ini akan diperlihatkan gambar bentuk coil bentuk winding dan diagram sambung
dari gulungan type block.
Gambar
2.18 Diagram sambung
type block
Dalam
rewending dikenal 3 macam sambungan lain yaitu sambungan seri, pralel dan seri
paralel.
System
hubungan fasa terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Hubungan
bontang (star)
1) Hubungan
seri bintang
2) Hubungan
parallel bintang
3) Hubungan
seri parallel bintang
b. Hubungan
segitiga (delta)
1) Hubungan
seri delta
2) Hubungan
parallel delta
3) Hubungan
seri parallel delta
Dalam
merewending ada beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu :
a.
Pendataan motor
Yaitu
mencatat data-data motor, tegangan (volt), arus (ampere), jumlah kutub (pole)
dan kapasitas pemakaian daya (KW).
b.
Penandaan
Penandaan
dilakukan untuk menempatkan posisi baik itu bagian depan atau bagian blakang
sesuai dengan posisi semula, jangan tertukar disaat perakitan kembali.
c.
Pembongkaran
Adalah
membuka bagian-bagian motor seperti cover fan, fan, copling, cover biring
depan-blakang, biring dan lain-lain. Serta mengeluarkan rotor.
d.
Pendataan wending
Meliputi
jenis wending, langkah, diameter kawat, jumlah alur, system connection wending,
jumlah kawat dalam satu coil, jumlah group, jumlah coil tiap group .
e.
Mebersihkan stator dan membuat isolasi
Membersihkan
bekas widing yang sudah dibokar dan alur-alur stator serta membuat isolasi dari
kertas/pplister film pada alur-alur agar antara body stator dengan gulungan
yang baru (wending) tidak terjadi short cicuit (tidak terhubung).
f.
Proses pembuatan mal
Buat
belitan sesuai dengan mal yang telah dibuat menggunakan mesin, sesuai dengan
mal yang tadi ditentukan. Jumlah kawat dan ukuran mal harus sama seperti yang
kita bongkar.
Note : Diameter kawat boleh diganti
apabila kawat yang sesuai tidak ada. diameter kawat diganti dengan cara
merangkap dua kawat yang lebih kecil sesuai dengan ukuran diameter aslinya.
g.
Memasukkan gulungan ke dalam alur sesuai
dengan system winding.
h.
Connection (Mengikat dan menyambung
coil)
Setelag
gulungan masuk semua ke dalam alur, maka gulungan diberi isolasi antara fasa
satu dengan fasa yang lain kemudian diikat, pada bagian depan ujung-ujung coil
disambung sesuai dengan yang aslinya.
i.
Test winding
Setelah
disambung maka widing ditest apabila terjadi salah sabungan atau ada hubungan
dengan body maka dapat diperbaiki. Test ini meliputi test meger dan resistad
test.
j.
Oven dan Varnish
Setelah
winding dinyatakan baik, maka winding dimasukkan ke dalam oven dengan
temperature 60°C selama kurang lebih 11/2 jam, kemudian winding dikeluarkan
dari oven dan Varnish.
k.
Perakitan meliputi :
a. Memasukan
rotor dalam stator,
b. Pemasangan
bering (harus diganti dengan bering yang baru),
c. Pasang
bearing looknaut,
d. Pasang
fan, cover motor atau hausing bearing,
e. Isi
gress pada bearing,
f. Pasang
cover bearing bagian luar,
l.
Test tanpa beban
Setelah
selesai dirakit, maka motor ditest tanpa beban meliputi test balancing, meger,
arus motor serta vibrasi.
m.
Setelah semua hasil test dinyatakan baik
maka pekerjaan rewending dinyatakan selesai dan motor siap dipasang di
lapangan.
n. Finishing,
yaitu motor yang sudah diperbaiki kemudian dicat sesuai dengan warna dasar
motor.
Setelah proses rewinding selesai
maka sebelum motor dibawa ke lapangan perlu dilakukan beberapa test agar motor
benar-benar siap digunakan dan tahan lama.
a. Test
Awal
Setelah
rewinding selesai maka perlu dilakukan test awal terlebih dahulu sebelum motor
di oven dan di varnish. Adapaun test yang dilakukan pada saat test awal
meliputi :
1)
Continuity Test
Continuity
test yaitu untuk mengetahui hubungan antara fasa satu dengan lainnya dengan
satuan ukur ohm. Alat yang digunakan adalah multitester dengan skala x 1 ohm,
jika jarum alat ukur tidak bergerak, maka pindahkan skala ukur pada x 100 ohm
atau x 1 kilo ohm, jika jarum masih tidak bergerak berarti fasa R S T tidak ada
hubungan (putus) namun apabila jarum bergerak dan menunjukkan angkat tertentu
(bukan nol), maka koneksi fasa motor sudah bagus.
2)
Test Meger
Test
meger yaitu untuk mengetahui tahanan isolasi antara body dengan winding,
besaran tahanan yang terukur dalam satuan mega ohm. Jika alat ukur menunjuk
pada angka nol, maka widing terhubung dengan body (terjadi short circuit pada
body) dan ini tidak boleh terjadi. Kemungkinannya adalah kawat winding ada yang
menyentuh body statornya. Jika hal ini terjadi maka motor harus di bongkar
kembali dan diperbaiki.
3)
Test Balancing
Test
balancing yaitu untuk mengetahui kesimbangan fasa motor, jika balancingnya
menunjukkan 0 dan arus input sekitar 10 x dari arus name plate, maka
keseimbangan fasanya baik artinya antara arus fasa R S T sama besar dan
sambungan windingnya sudah benar. Tapi jika balancingnya menunjukkan angka
tertentu yang berbeda antara putar kiri putar kanan berarti arus fasa R S T nya
tidak sama atau tidak seimbang dan kemungkinan terjadi salah sambung serinya.
Toleransinya ketidak seimbang sekitar 10% antara forward (putar kanan) dan
reverse (putar kiri). Ketidak simbangan bias terjadi karena :
·
Jumlah lilitan winding tidak.
·
Panjang kawat belitan/lebar belitan
tidak sama
·
Terjadi kesalahan sambungan
4)
Test High Volt
Test
High Volt yaitu untuk mengetahui kebocoran arus antara winding dengan body
biasanya besarnya tegangan test high volt adalah dua kali tegangan
motor/tegangan kerja alat. Kebocoran arus yang diizinkan adalah maksimum 1 mA
untuk tiap 1 volt.
b.
Test Akhir (Test Tanpa Beban)
Cara
melakukan test run tanpa beban adalah sebagai berikut :
Motor dirakit dan dipastikan
pelumasan bearing motor sempurna (sudah diisi grease), lakukan
pengetesan kopling putar kopling menggunakan tangan (koling harus mampu di
putar mengunakan tangan) untuk memastikan bahwa tidak macet. Kemacetan rotor
dapat terjadi karena kedudukan bearing tidak tepat (memasang bearingnya
miring), lengket oleh varnish karena varnishnya terlalu tebal. Setelah
semua keadaan baik, maka motor dialiri sumber tegangan yang besarnya sesuai
dengan tegangan kerja motor, kemudian pada masing-masing fasa diukur arusnya
dengan menggunakan tang ampere. Besarnya arus beban nol adalah sebagai berikut
:
1)
Untuk motor dengan daya 0~5,5 kW adalah
sekitar 70% s/d 90% dari arus nominalnya.
2)
Untuk motor dengan daya 5,5 kW ~ 35 kW
adalah sekitar 40% s/d 70% dari arus nominalnya.
3)
Untuk motor dengan daya 35 kW ke atas
adalah sekitar maksimum 40% dari arus nominalnya.
Setelah
dilakukan test akhir dan motor dalam keadaan baik (ampere sesuai), maka
pekerjaan rewinding selesai dan motor siap untuk digunakan kembali.
Contoh soal :
Diketahui
motor induksi 3 fasa dengan spesifikasi sbb :
Jumlah alur = 24
RPM =
1500
P =
2 pasang
Tentukan
: a. Yg =
b. g =
c. Yf
d. Gambarkan Rangkaian Bentang Belitan
Keterangan
: Yg =
Langkah Kumparran
g =
Jumlah alur tiap fasa tiap kutup
Yf =
Langkah fasa
G =
Jumlah Alur
Setelah
melakukan pengujian dengan motor induksi 3 Fasa, dapat dibuktikan bahwa arah
putaran motor induksi 3 fasa dapat berbalik apabila besar sudut fasa tidak sama
dengan 120°. Seperti
contoh dibawah ini :
a. S
– R – T
Sudut
antara S- R adalah 240° dan
sudut antara R – T adalah 240°.
Hal
tersebut dapat dilihat berdasarkan arah jarum jam dari urutan sudut R-S-T yang
sama sudut fasa seperti pada gambar dibawah ini :
b. R
– T – S
Sudut
antara R – T adalah 240° dan sudut antara T – S
adalah 240°. Hal
tersebut dapat dilihat berdasarkan arah jarum jam dari urutan sudut R-S-T yang
sama sudut fasa seperti pada gambar dibawah ini :
c. T
– S – R
Sudut
antara T – S adalah 240° dan sudut antara S –
R adalah 240°. Hal tersebut dapat
dilihat berdasarkan arah jarum jam dari urutan sudut R-S-T yang sama sudut fasa
seperti pada gambar dibawah ini :
Setelah
didapatkan sudut fasa 240° dan
rangkaian dirangkai sesuai urutan fasa dengan sudut fasa 240°, maka putaran arah motor
akan berubah.
Didit Very Kuswoyo. 2016. Sistem
Proteksi Motor Induksi 3 Fasa dari Gangguan Tidak Seimbang dan Temperatur Lebih
Menggunakan Mokrokontroller. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Team PPPG Teknologi Bandung. 2011. Pemeliharaan
dan Perbaikan Motor Listrik. Modul. Bandung. PPPG Teknologi Bandung
Rien Afrianti, S.Pd. 2013. Pemeliharaan
dan Perbaikan Motor Induksi 3 Phasa 52-6B-304-F 440V 45KW. Laporan Praktek
Kerja Lapangan di PT. Pupuk Iskandar Muda. Politeknik Negeri Lhokseumawe
Supardjo. 2010. Rewinding Motor Induksi
3 Fasa. Karya Tulis Teknik Lhokseumawe. PT. Pupuk Iskandar Muda
Awan. 2009. Bantalan / Bearing. [diakses pada tanggal 12 September 2017, pukul 07.00 WIB]
Usman
Effendi. 2004. Motor Listrik, Modul. Bandung. Instalasi Listrik TEDC
Bandung
Mawahib
Mahmud. 2014. Laporan Proyek Akhir Proses Perbaikan Dengan Rewinding Stator
Motor Induksi Tiga Fasa 380 V 75 Kw Di
Pt. Mesindo Tekninesia. TGA. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Rizal
Angga Ghazali. 2011. Metode Perhitungan Efesiensi Motor Induksi Yang Sedang
Beroeprasi. Skripsi. Program Studi Teknik Elektro. Universitas Indonesia
Fajar
Pudhi Ardhana. 2010. Studi Perbaikan Motor Induksi 380 V 125 HP Pada PT. ABB
Sakti Industry Service. Makalah. Surabaya ITS.
Taufik, 2014. Modul Perbaikan Motor Listrik
(Rewinding). Lhokseumawe. PNL.*Semoga Bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment