Wednesday, August 7, 2019

Laporan Rewending 3 Fasa


LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PP PERALATAN LISTRIK








            Nama                    : Cici Handesri Mahesa
            NIM                      : 1620403001
            Mata Kuliah        : Rewinding Motor
            Program Studi     : Teknologi Listrik
            Jurusan                :Teknik Elektro
            Semester               : VI ( Genap)





KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
TAHUN 2019







1.      Dapat mengetahui langkah-langkah menggambar rangkaian bentang belitan motor induksi 3 fasa
2.      Dapat menggambar rangkaian bentang belitan motor induksi 3 fasa

Motor induksi adalah motor listrik arus bolak balik (AC) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan putar pada stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada stator terdapat selisih putaran yang disebut slip.
Motor induksi, merupakan motor yang memiliki konstruksi yang baik, harganya lebih murah dan mudah dalam pengaturan kecepatan, stabil ketika berbeban dan mempunyai efisiensi tingggi. Motor induksi adalah motor (AC) yang paling banyak digunakan dalam industri dengan skala besar maupun kecil, dan dalam rumah tangga. Motor induksi ini pada umumnya hanya memiliki satu suplai tenaga yang mengeksitasi belitan stator. Belitan rotornya tidak terhubung langsung dengan sumber tenaga listrik, melainkan belitan ini dieksitasi oleh induksi dari perubahan medan magnetik yang disebabkan oleh arus pada belitan stator.

Motor induksi adalah motor AC yang paling banyak dipergunakan, karena konstruksinya yang kuat dan karakteristik kerjanya yang baik. Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil. 
Gambar 2.1 konstruksi motor induksi

Gambar 2.2 Bagian-bagian Motor Induksi 3 Fasa

Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator
                  a.      Stator
Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan mengalirkan arus fasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti di isolasi dengan kertas (gambar b). Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (gambar a). Tiap lembaran besi  tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan fasa dimana untuk motor tiga fasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 1200. Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (gambar c). berikut ini contoh lempengan laminasi inti. Lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah diletakkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga fasa.
Gambar 2.3 Menggambarkan komponen stator motor induksi tiga phasa 
a. Lempengan inti,
b. Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya.
c. Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.
             b.      Rotor
Ada dua jenis motor induksi tiga fasa berdasarkan rotornya yaitu:
a. Motor induksi tiga fasa rotor sangkar tupai
b. Motor induksi tiga fasa rotor belitan
Kedua motor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai prinsip konstruksi stator yang sama tetapi berbeda dalam konstruksi rotor.
a)      Motor induksi tiga fasa rotor sangkar tupai
Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Inti stator pada motor sangkar tupai tiga fasa terbuat dari lapisan-lapisan pelat baja beralur yang didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang dipabrikasi. Lilitan-lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur stator yang terpisah 1200 derajat listrik. Lilitan fasa ini dapat tersambung dalam hubungan delta (∆) ataupun bintang (Y)
Gambar 2.4 Rotor jenis sangkar(a) Tipikal rotor sangkar, (b) Bagian – bagian rotor sangkar
Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan kedalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat kecincin ujung. Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerap kali dimiringkan hal ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar. Pada ujung cincin penutup diletakkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.
Motor induksi dengan rotor sangkar ditunjukkan pada Gambar 3.5 dibawah ini :
Gambar 2.5 (a) konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran kecil,
                     (b) konstruksi motor induksi rotor sangkar ukuran besar
                
                    b)      Motor induksi tiga fasa rotor belitan
Motor rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor sangkar tupai dalam hal konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara Y dan masing-masing fasa ujung terbuka yang dikeluarkan kecincin slip yang terpasang pada poros motor. Secara skematik dapat dilihat pada gambr 3.6 dari gambar ini dapat dilihat bahwa cincin slip dan sikat semata-mata merupakan penghubung tahanan kendali variabel luar kedalam rangkaian rotor.
Gambar 2.6 skematik diagram motor induksi rotor belitan
Pada gambar 3.6 motor ini, cincin slip yang terhubung kesebuah tahanan variabel eksternal yang berfungsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil disbanding dengan rotor sangkar. 
Konstruksi motor tiga fasa rotor belitan ditunjukkan pada gambar 3.7  dibawah ini.

Gambar 2.7 (a) rotor belitan, (b) konstruksi motor induksi tiga fasa dengan rotor belitan
2.1.2        Keuntungan dan Kerugian penggunaan motor induksi 3 fasa :
1.      Keuntungan motor induksi tiga fasa:
a.       Motor induksi tiga fasa sangat sederhana dan kuat.
b.      Biayanya murah dan dapat diandalkan. 
c.       Motor induksi tiga fasa memiliki efisiensi yang tinggi pada kondisi kerja normal.
d.      Perawatannya mudah.
e.       Mempunyai efesiensi yang cukup tinggi pada kondisi putaran normal.
f.       Tidak memerlukan sikat, sehingga rugi gesekan dapat diperkecil.
g.      Mempunyai faktor daya yang relative baik.
h.      Pengaturan startingnya sederhana (terutama jenis rotor sangkar)
2.      Kerugian motor induksi tiga fasa:
a.       Kecepatannya tidak bisa bervariasi tanpa merubah efisiensi.
b.      Kecepatannya tergantung beban.
c.       Pada torsi start memiliki kekurangan.
2.1.3        Prinsip Medan Putar
            Motor induksi terdiri dari stator dan rotor. Stator terdiri dari tiga fasa lilitan yang mempunyai hambatan yang sangat kecil dan di susun secara seimbang dengan beda fasa 120°. Pada mulanya tengana 3 fasa diberikan pada stator dengan bentuk gelombang seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.8 Gelombang Sinusoidal Tegangan Arus Bolak-Balik 3 Fasa pada
                       Stator
Perputaran motor pada mesin arus bolak-balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak, umurnnya tiga fasa. Hubungan dapat berupa bintang atau delta.
Disini akan dijelaskan bagannana terjadinya medan putar itu. Perhatikan gambar 4.9 dibawah ini.

Gambar
2.9 Medan Putar
Misalnya kumparan a-a; b-b; c-c dihubungkan 3 fasa, dengan fasa rnasing­-masing 120° (gambar 3.9 a) dan dialiri arus sinusoidal. Distribusi ia, ib, ic sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 3.9 b. pada keadaan tl, t2, t3, dan 14 fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing-masing adalah seperti gambar 3.9 c, d, e, dan f.
Pada t1 fluks resultannya mempunyai arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a; sedangkan t2 fluks resultannya dihasilkan oleh kumparan b-b. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang dihasilkan pada saat tl. Dari gambar 3.9 c, d, e, dan f tersebut terlihat bahwa fluks resultan ini akan berputar satu kali. Oleh karena itu, untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua, kecepatan sinkron dapat diturunkan sebagai berikut :
Dimana :
Ns = 120.f/p
f = frekuensi
p = jumlah kutub
         2.1.4        Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa
Prinsip kerja Motor Induksi 3 Fasa :
          a.       Ketika tegangan tiga fasa yang seimbang diberikan pada belitan stator, maka belitan stator akan menghasilkan arus yang mengalir pada tiap-tiap fasanya.
             b.      Arus pada setiap fasa stator akan menghasilkan fluksi yang berubah terhadap waktu.
           c.       Amplitudo fluksi yang dihasilkan pada fasa stator berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap belitan.
            d.      Penjumlahan dari ketiga fluksi pada belitan stator disebut medan putar yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns), besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi f yang dirumuskan dengan :                     
Dimana :
Ns = 120.f/p
f = frekuensi
p = jumlah kutub
             e.       Akibat fluksi yang berputar tersebut maka timbul tegangan induksi pada belitan stator yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
            f.       Fluksi yang berpɸutar tersebut juga memotong belitan rotor. Akibatnya pada belitan rotor akan dihasilkan tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

                  E2 = tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (volt)
N2 = jumlah lilitan kumparan rotor
ɸmax = fluksi maksimum (Wb)
               g.      Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi tersebut akan menghasilkan arus I2.
            h.      Arus I2 ini berada pada medan magnet yang dihasilkan oleh stator, sehingga pada belitan rotor akan dihasilkan gaya (F).[1]
              i.        Gaya (F) ini akan menghasilkan torsi (Ï„), jika torsi yang dihasilkan ini lebih besar dari torsi beban, maka rotor akan berputar dengan kecepatan ns yang searah dengan medan putar stator.
              j.        Ada perbedaan kecepatan medan putar pada stator (ns) dengan kecepatan putaran rotor (nr), perbedaan ini disebut slip (s) yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
            k.      Setelah rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang diinduksikan pada belitan rotor akan dipengaruhiatau tergantung terhadap slip(s). tegangan induksi pada rotor dalam keadaan ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
Dimana:
E2s = tengana pada rotor dalam keadaan berputar (volt)
f 2 = s.= frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar)
           l.        Akibat adanya slip (s), maka nilai frekuensi pada rotor (Æ’2) dan reaktansi rotor (x2) akan dipengaruhi oleh slip, yang dapat dinyatakan dengan s Æ’ dan sx2.
            m.    Jika kecepatan putaran rotor (nr) sama dengan kecepatan medan putar stator (ns), maka slip bernilai nol, tidak ada fluks yang memotong belitan rotor sehingga pada belitan rotor tidak diinduksikan tegangan, maka tidak ada arus yang mengalir pada belitan rotor, sehingga rotor tidak berputar, karena tidak ada gaya yang terjadi pada rotor.

            Dalam rewending dikenal 3 jenis gulungan yaitu Type Diamond, Type Scmith dan Type Block.


                 a.       Type Diamond
Gulungan jenis ini mempunyai bentuk yang sangat simetris dan rapi serta disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu gelung/membentuk diamond.
Cirri-ciri type diamond adalah sebagai berikut :
1.      Bentuk wending sangat simentri dan rapi.
2.      Dalam satu alur terdapat 2 (dua) coil.
3.      Setiap group wending membentuk 1 (satu) kutub.
4.      Jumlah kutub x fasa – jumlah group coil.
5.      Langkah coil = jumlah alur/jumlah kutub tiap fasa ± 1 (satu).
6.      Jumlah coil tiap group = jumlah alur/jumlah group.
Cara menyambung coil adalah dengan acara arah salaing berlawanan sehingga kutub-kutub magnit juga akan saling berlawanan (bepasanagan) dibawah ini akan diperlihatkan bentu gambar winding dan diagram sambungan motor type diamond.
Contoh:
Motor induksi 3 fasa dengan jumlah kutub perfasanya adalah 4 kutub mengunakan system gulungan diamond
                                        
Gambar 2.10 Bentuk coil type diamond

Gambar 2.11 Bentuk susunan wending
Gambar 2.12 diagram sambung
                  b.      Type Schmith
Gulungan dengan jenis ini mempunyai bentuk yang tidak simentris dan gulungannya terpusat ditegah, gulungannya disusun saling bertindih setengah.
Ciri-ciri schmith adalah sebagai berikut :
1.      Dalam satu alur terdapat hanya satu coil, dalam beberapa kasus ada beberapa alur yang siisi dua coil dengan jumlah lilitan masing-masing setengah dari jumlah lilitan yang berisi satu coil.
2.      Dalam satu group coil akan membentuk satu pasang magnit (dua kutub magnit dengan polritas berlawanan).
3.      Jumlah group coilnya adalah 1/2 x (jumlah kutub x jumlah fasa).
4.      Langkah coil adalah 1/3 x jumlah alur (terkecuali untuk motor dengan 2 kutub).
5.      Jumlah coil tiap group adalah 1/2 x (jumlah alur/jumlah group coil).
Cara menyambung coilnya adalah dengan arah yang sama (vectornya satu arah) sehingga dalam satu group coil akan tercipta satu pasang kutub magnit (utara dan selatan), pada arus dengan arah yang masuk ke coil yang tertinggal akan tercipta kutub utara dan pada arus dengan arah keluaran dari coil (arus yang menuju kea rah putaran) akan tercipta kutub selatan.
Contoh:
Motor induksi 3 fasa dengan kutub perfasa adalah 4 dengan system gulungan type schmith.

Gambar 2.13 Bentuk coil type Schmith

Gambar 2.14 Bentuk wending type schmith

Gambar 2.15 Diagram sambung type Schmith
                  c.       Type Blok
Gulungan jenis ini adalah gabungan antara jenis diamond dan jenis schmith, mempunyai bentuk gulungan yang menyerupai bentuk schmicth tapi cara penyambungan coilnya sama dengan type diamond.
Cirri-ciri type block adalah sebagai berikut :
1)      Gulungan ini mempunyai bentuk yang tidak simetris dan disusun sedemikian rupa ehingga menyerupai bentuk gulungan schmith, sambungan coilnya disambung secara berlawanan sehingga apabila dimasukkan arus listrik akan  terbentuk kutub-kutub magnit yang berlawanan.
2)      Dalam satu alur hanya terisi satu coil pada kasus tertentu ada beberapa alur yang terisi dua coil dengan jumlah lilitan masing-masing setengah dari jumlah lilitan pada alur yang berisi satu coil.
3)      Setiap group coil akan membentuk satu kutub magnit.
4)      Jumlah group coil = jumlah kutub x fasa.
5)      Langkah coilnya = jumlah alur/jumlah kutub tiap fasanya.
6)      Jumlah coilnya = ½ x (jumlah alur/jumlah group coilnya).
Dibawah ini akan diperlihatkan gambar bentuk coil bentuk winding dan diagram sambung dari gulungan type block.
Gambar 2.16 Bentuk coil type block
Gambar 2.17 Bentuk wending type block
Gambar 2.18 Diagram sambung type block

            Dalam rewending dikenal 3 macam sambungan lain yaitu sambungan seri, pralel dan seri paralel.
Gambar 2.19 Sambungan seri motor 4 kutub 1 fasa type block/diamond
Gambar 2.20 Sambungan seri motor 4 kutub 1 fasa type schmith
Gambar 2.21 Sambungan seri paralel 4 kutub 1 fasa type block/diamond
Gambar 2.22 Sambungan seri parallel 4 kutub 1 fasa type block/diamond
System hubungan fasa terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a.       Hubungan bontang (star)
1)      Hubungan seri bintang
2)      Hubungan parallel bintang
3)      Hubungan seri parallel bintang
b.      Hubungan segitiga (delta)
1)      Hubungan seri delta
2)      Hubungan parallel delta
3)      Hubungan seri parallel delta


Dalam merewending ada beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu :
             a.       Pendataan motor
Yaitu mencatat data-data motor, tegangan (volt), arus (ampere), jumlah kutub (pole) dan kapasitas pemakaian daya (KW).    
              b.      Penandaan
Penandaan dilakukan untuk menempatkan posisi baik itu bagian depan atau bagian blakang sesuai dengan posisi semula, jangan tertukar disaat perakitan kembali.
              c.       Pembongkaran
Adalah membuka bagian-bagian motor seperti cover fan, fan, copling, cover biring depan-blakang, biring dan lain-lain. Serta mengeluarkan rotor.
              d.      Pendataan wending
Meliputi jenis wending, langkah, diameter kawat, jumlah alur, system connection wending, jumlah kawat dalam satu coil, jumlah group, jumlah coil tiap group .
              e.       Mebersihkan stator dan membuat isolasi
Membersihkan bekas widing yang sudah dibokar dan alur-alur stator serta membuat isolasi dari kertas/pplister film pada alur-alur agar antara body stator dengan gulungan yang baru (wending) tidak terjadi short cicuit (tidak terhubung).
              f.       Proses pembuatan mal
Buat belitan sesuai dengan mal yang telah dibuat menggunakan mesin, sesuai dengan mal yang tadi ditentukan. Jumlah kawat dan ukuran mal harus sama seperti yang kita bongkar.
Note : Diameter kawat boleh diganti apabila kawat yang sesuai tidak ada. diameter kawat diganti dengan cara merangkap dua kawat yang lebih kecil sesuai dengan ukuran diameter aslinya.
               g.      Memasukkan gulungan ke dalam alur sesuai dengan system winding.
               h.      Connection (Mengikat dan menyambung coil)
Setelag gulungan masuk semua ke dalam alur, maka gulungan diberi isolasi antara fasa satu dengan fasa yang lain kemudian diikat, pada bagian depan ujung-ujung coil disambung sesuai dengan yang aslinya.
                 i.        Test winding
Setelah disambung maka widing ditest apabila terjadi salah sabungan atau ada hubungan dengan body maka dapat diperbaiki. Test ini meliputi test meger dan resistad test.
                 j.        Oven dan Varnish
Setelah winding dinyatakan baik, maka winding dimasukkan ke dalam oven dengan temperature 60°C selama kurang lebih 11/2 jam, kemudian winding dikeluarkan dari oven dan Varnish.
                 k.      Perakitan meliputi :
a.       Memasukan rotor dalam stator,
b.      Pemasangan bering (harus diganti dengan bering yang baru),
c.       Pasang bearing looknaut,
d.      Pasang fan, cover motor atau hausing bearing,
e.       Isi gress pada bearing,
f.       Pasang cover bearing bagian luar,
                 l.        Test tanpa beban
Setelah selesai dirakit, maka motor ditest tanpa beban meliputi test balancing, meger, arus motor serta vibrasi.
             m.    Setelah semua hasil test dinyatakan baik maka pekerjaan rewending dinyatakan selesai dan motor siap dipasang di lapangan.
           n.      Finishing, yaitu motor yang sudah diperbaiki kemudian dicat sesuai dengan warna dasar motor.

            Setelah proses rewinding selesai maka sebelum motor dibawa ke lapangan perlu dilakukan beberapa test agar motor benar-benar siap digunakan dan tahan lama.
a.      Test Awal
Setelah rewinding selesai maka perlu dilakukan test awal terlebih dahulu sebelum motor di oven dan di varnish. Adapaun test yang dilakukan pada saat test awal meliputi :
        1)      Continuity Test
Continuity test yaitu untuk mengetahui hubungan antara fasa satu dengan lainnya dengan satuan ukur ohm. Alat yang digunakan adalah multitester dengan skala x 1 ohm, jika jarum alat ukur tidak bergerak, maka pindahkan skala ukur pada x 100 ohm atau x 1 kilo ohm, jika jarum masih tidak bergerak berarti fasa R S T tidak ada hubungan (putus) namun apabila jarum bergerak dan menunjukkan angkat tertentu (bukan nol), maka koneksi fasa motor sudah bagus.
          2)      Test Meger
Test meger yaitu untuk mengetahui tahanan isolasi antara body dengan winding, besaran tahanan yang terukur dalam satuan mega ohm. Jika alat ukur menunjuk pada angka nol, maka widing terhubung dengan body (terjadi short circuit pada body) dan ini tidak boleh terjadi. Kemungkinannya adalah kawat winding ada yang menyentuh body statornya. Jika hal ini terjadi maka motor harus di bongkar kembali dan diperbaiki.
            3)      Test Balancing
Test balancing yaitu untuk mengetahui kesimbangan fasa motor, jika balancingnya menunjukkan 0 dan arus input sekitar 10 x dari arus name plate, maka keseimbangan fasanya baik artinya antara arus fasa R S T sama besar dan sambungan windingnya sudah benar. Tapi jika balancingnya menunjukkan angka tertentu yang berbeda antara putar kiri putar kanan berarti arus fasa R S T nya tidak sama atau tidak seimbang dan kemungkinan terjadi salah sambung serinya. Toleransinya ketidak seimbang sekitar 10% antara forward (putar kanan) dan reverse (putar kiri). Ketidak simbangan bias terjadi karena :
·         Jumlah lilitan winding tidak.
·         Panjang kawat belitan/lebar belitan tidak sama
·         Terjadi kesalahan sambungan
             4)      Test High Volt
Test High Volt yaitu untuk mengetahui kebocoran arus antara winding dengan body biasanya besarnya tegangan test high volt adalah dua kali tegangan motor/tegangan kerja alat. Kebocoran arus yang diizinkan adalah maksimum 1 mA untuk tiap 1 volt.
          b.      Test Akhir (Test Tanpa Beban)
Cara melakukan test run tanpa beban adalah sebagai berikut :
            Motor dirakit dan dipastikan pelumasan bearing motor sempurna (sudah diisi grease), lakukan pengetesan kopling putar kopling menggunakan tangan (koling harus mampu di putar mengunakan tangan) untuk memastikan bahwa tidak macet. Kemacetan rotor dapat terjadi karena kedudukan bearing tidak tepat (memasang bearingnya miring), lengket oleh varnish karena varnishnya terlalu tebal. Setelah semua keadaan baik, maka motor dialiri sumber tegangan yang besarnya sesuai dengan tegangan kerja motor, kemudian pada masing-masing fasa diukur arusnya dengan menggunakan tang ampere. Besarnya arus beban nol adalah sebagai berikut :
       1)      Untuk motor dengan daya 0~5,5 kW adalah sekitar 70% s/d 90% dari arus nominalnya.
       2)      Untuk motor dengan daya 5,5 kW ~ 35 kW adalah sekitar 40% s/d 70% dari arus nominalnya.
       3)      Untuk motor dengan daya 35 kW ke atas adalah sekitar maksimum 40% dari arus nominalnya.
Setelah dilakukan test akhir dan motor dalam keadaan baik (ampere sesuai), maka pekerjaan rewinding selesai dan motor siap untuk digunakan kembali.


Contoh soal :
Diketahui motor induksi 3 fasa dengan spesifikasi sbb :
Jumlah alur   = 24
RPM             = 1500
P                   = 2 pasang
Tentukan : a. Yg =
                  b. g =
                  c. Yf
                  d. Gambarkan Rangkaian Bentang Belitan
Keterangan :  Yg         = Langkah Kumparran
                      g            = Jumlah alur tiap fasa tiap kutup
                      Yf          = Langkah fasa
                      G           = Jumlah Alur
                      m           = Jumlah Phasa

          d.      Gambar Rangkaian Bentang Belitan Motor Induksi 3 Fasa 24 Alur



Setelah melakukan pengujian dengan motor induksi 3 Fasa, dapat dibuktikan bahwa arah putaran motor induksi 3 fasa dapat berbalik apabila besar sudut fasa tidak sama dengan 120°. Seperti contoh dibawah ini :
       a.       S – R – T
Sudut antara S- R adalah 240° dan sudut antara R – T adalah 240°. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan arah jarum jam dari urutan sudut R-S-T yang sama sudut fasa seperti pada gambar dibawah ini :
       b.      R – T – S
Sudut antara R – T  adalah 240° dan sudut antara T – S adalah 240°. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan arah jarum jam dari urutan sudut R-S-T yang sama sudut fasa seperti pada gambar dibawah ini :
       c.       T – S – R
Sudut antara T – S  adalah 240° dan sudut antara S – R  adalah 240°. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan arah jarum jam dari urutan sudut R-S-T yang sama sudut fasa seperti pada gambar dibawah ini :
Setelah didapatkan sudut fasa 240° dan rangkaian dirangkai sesuai urutan fasa dengan sudut fasa 240°, maka putaran arah motor akan berubah.




Didit Very Kuswoyo. 2016. Sistem Proteksi Motor Induksi 3 Fasa dari Gangguan Tidak Seimbang dan Temperatur Lebih Menggunakan Mokrokontroller. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Team PPPG Teknologi Bandung. 2011. Pemeliharaan dan Perbaikan Motor Listrik. Modul. Bandung. PPPG Teknologi Bandung

Rien Afrianti, S.Pd. 2013. Pemeliharaan dan Perbaikan Motor Induksi 3 Phasa 52-6B-304-F 440V 45KW. Laporan Praktek Kerja Lapangan di PT. Pupuk Iskandar Muda. Politeknik Negeri Lhokseumawe

Supardjo. 2010. Rewinding Motor Induksi 3 Fasa. Karya Tulis Teknik Lhokseumawe. PT. Pupuk Iskandar Muda

Awan. 2009. Bantalan / Bearing. [diakses pada tanggal 12 September 2017, pukul 07.00 WIB]

Usman Effendi. 2004. Motor Listrik, Modul. Bandung. Instalasi Listrik TEDC Bandung

Mawahib Mahmud. 2014. Laporan Proyek Akhir Proses Perbaikan Dengan Rewinding Stator Motor Induksi Tiga Fasa 380 V 75 Kw  Di Pt. Mesindo Tekninesia. TGA. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Rizal Angga Ghazali. 2011. Metode Perhitungan Efesiensi Motor Induksi Yang Sedang Beroeprasi. Skripsi. Program Studi Teknik Elektro. Universitas Indonesia

Fajar Pudhi Ardhana. 2010. Studi Perbaikan Motor Induksi 380 V 125 HP Pada PT. ABB Sakti Industry Service. Makalah. Surabaya ITS.
Taufik, 2014. Modul Perbaikan Motor Listrik (Rewinding). Lhokseumawe. PNL.








*Semoga Bermanfaat :)

No comments:

Post a Comment