LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PP PERALATAN LISTRIK
Nama :
Cici Handesri Mahesa
NIM :
1620403001
Mata Kuliah :
Rewinding Motor
Program Studi :
Teknologi Listrik
Jurusan :Teknik
Elektro
Semester :
VI ( Genap)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
TAHUN 2019
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul
: 1. Rewinding
Motor 1 Phasa
2. Teori Rewinding Motor 3 Phasa
Nama : Cici Handesri
Mahesa
NIM : 1620403001
Kelompok : 2
Anggota : 1. Rizka Amalia
2. Dipo Rizky Amrullah
3. Rifqi Surhaza
4. Fahmil Alaina
5. Safrizal
Kelas : 3A
Prodi : Teknologi
Listrik
Jurusan : Teknik Elektro
Semester : VI (Genap)
Buketrata,
10 Juni 2019
Dosen Pembimbing Praktikan
Rudi Syahputra, ST, M.Eng Cici Handesri Mahesa
NIP. 19750414 1999031 001 NIM. 1620403001
LEMBAR PENGESAHAN
3.1
Pengawatan Bentang Belitan
1.
Mampu menggambar rangkaian pengawatan gulungan
motor induksi 1 phasa 24 alur.
2.
Mampu menggulung ulang belitan running dan
starting motor induksi 1 phasa 24 alur.
3.
Mampu memasang dan menghubungkan kembali
belitan running dan starting motor induksi 1 phasa 24 alur sesuai dengan gambar
rangkaian.
4.
Mampu mengoperasikan motor induksi 1 phasa.
2. DASAR TEORI
2.1 Motor
Induksi 1 Fasa
Motor
induksi 1-fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak
digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi yang sederhana, seperti
kipas angin motor pompa dan lain sebagainya. Didasarkan pada cara kerjanya,
maka motor ini dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Motor
fase belah/fase bagi (split phase motor)
2. Motor
kapasitor (capacitor motor)
a.
Kapasitor start (capacitor start motor)
b.
Kapasitor start-kapasitor jalan
(capacitor start-capacitor run motor)
c.
Kapasitor jalan (capacitor run motor)
3. Motor
kutub bayangan (shaded pole motor)
Penjelasan
dari jenis-jenis motor ini dijabarkan sebagai berikut di bawah ini.
1. Motor Fase Belah / Fase Bagi
Motor fase belah
mempunyai kumparan utama dan kumparan bantu yang tersambung paralel dan
mempunyai perbedaan fasa antara keduanya mendekati 90° listrik. Gambaran
konstruksi dan bentuk rangkaian sederhana pemasangan kumparannya diperlihatkan
pada Gambar 2.1 berikut ini.
|
|
|
Gambar 2.1 Bentuk
konstruksi dan hubungan kumparan motor induksi fasa
belah
Gambar
2.1a memperlihatkan letak kumparan utama dan kumparan bantu yang diatur berjarak
90° listrik, dan gambar 2.1b
memperlihatkan hubungan kumparan utama dan kumparan bantu dalam rangkaiannya
dan gambar 2.1c memperlihatkan hubungan arus dan tegangan yang terjadi pada
kumparan motor induksi fasa belah. Di dalam prakteknya diusahakan antara arus
kumparan bantu dan kumparan utamanya berbeda fasa mendekati 90° listrik. Dengan cara
ini maka kumparan motor menjadi seolah-olah seperti motor induksi dua fase yang
akan dapat menghasilkan medan magnet yang seolah-olah berputar sehingga motor
induksi ini dapat berputar sendiri (self
starting).
Pada
motor fase boleh, “kumparan utama” mempunyai tahanan murni rendah dan reaktansi
tinggi, sebaliknya “kumparan bantu” mempunyai tahanan murni yang tinggi tetapi
reaktansinya rendah. Tahanan murni kumparan bantu dapat dipertinggi dengan
menambah R yang disambung secara seri dengannya (disebut motor resistor) atau
dengan menggunakan kumparan kawat yang diameternya sangat kecil. Bila pada
kumparan bantu diberi kapasitor, maka motor ini disebut motor kapasitor (capacitor motor). Motor fase belah ini
biasanya sering disebut motor resistor saja, sedangkan untuk motor kapasitor
jarang disebut sebagai motor fase belah karena walaupun prinsipnya adalah
membagi dua fasa tetapi nilai perbedaan fasanya hampir mendekati 90° , sehingga kerjanya
mirip dengan motor induksi 2-fasa dan umum disebut sebagai motor kapasitor
saja. Untuk memutuskan arus, kumparan Bantu dilengkapi dengan saklar pemutus
‘S’ yang dihubungkan seri terhadap kumparan bantu. Alat ini secara otomatis
akan memutuskan setelah motor mencapai kecepatan 75% dari kecepatan penuh. Pada
motor fase belah yang dilengkapi saklar pemutus kumparan bantu biasanya yang
dipakai adalah saklar sentrifugal. Khusus untuk penerapan motor fase belah ini
pada lemari es biasanya digunakan rele.
2. Motor Kapasitor
Sebagaimana bentuk fisik
motor ini diperlihatkan pada Gambar
2.2 berikut ini. Motor
kapasitor merupakan bagian dari motor fasa belah, namun yang membedakan kedua
motor tersebut adalah pada saat kondisi start motor. Motor kapasitor ini
menggunakan kapasitor pada saat startnya yang dipasang secara seri terhadap
kumparan bantu. Motor kapasitor ini umumnya digunakan pada kipas angin, kompresor pada
kulkas (lemari es), motor pompa air.
Gambar 2.2 Bentuk fisik motor
kapasitor
Berdasarkan
penggunaan kapasitor pada motor kapasitor, maka motor kapasitor ini dapat
dibagi dalam hal sebagai berikut di bawah ini.
a. Motor kapasitor start (capacitor
start motor)
Pada motor
kapasitor, pergeseran fase antara arus kumparan utama (Iu) dan arus kumparan
bantu (Ib) didapatkan dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang seri
terhadap kumparan bantunya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3 berikut
ini.
Gambar 2.3 Bagan rangkaian motor kapasitor dan
diagram vektor Iu dan Ib
Kapasitor yang
digunakan pada umumnya adalah kapasior elektrolik yang pemasangannya tidak
permanen pada motor (sebagai bagian yang dapat dipisahkan). Kapasitor start
direncanakan khususnya untuk waktu pemakaian yang singkat, sekitar 3 detik, dan
tiap jam hanya 20 kali pemakaian. Bila saat start dan setelah putaran motor
mencapai 75% dari kecepatan penuh, saklar sentrifugal (CS) otomatis akan
terbuka untuk memutuskan kapasitor dari rangkaian, sehingga yang tinggal
selanjutnya hanya kumparan utama saja.. Pada sebahagian motor ini ada yang
menggunaan rele sebagai saklar sentifugalnya. Ada 2 bentuk pemasangan rele yang
biasa digunakan yaitu penggunaan rele arus dan rele tegangan seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.4 dan Gambar 2.5.
Gambar 2.4 Bentuk penggunaan rele arus dalam
rangkaian
Arus start yang
dihasilkan pada gambar 4.4 cukup besar sehingga medan magnet yang dihasilkan
oleh rele sanggup untuk menarik kontak NO (normally open) menjadi menutup
(berhubungan), setelah motor berjalan dan mencapai kecepatan 75% kecepatan
nominalnya, maka arus motor sudah turun menjadi kecil kontak NO yang terhubung
tadi terlepas kembali karena medan magnet yang dihasilkan tidak sanggup untuk
menarik kontak NO sehingga kapasitor dilepaskan lagi dari rangkaian.
Gambar 2.5 Bentuk penggunaan rele tegangan
dalam rangkaian
Tegangan awal
saat start yang dihasilkan pada rele gambar 4.5 masih kecil sehingga medan
magnet yang dihasilkan oleh rele tidak sanggup untuk menarik kontak NC
(normally close) menjadi terbuka (memisah), setelah motor berjalan dan mencapai
kecepatan 75% kecepatan nominalnya, maka tegangan pada rele sudah naik menjadi
normal sehingga kontak NC yang terlepas tadi terhubung karena medan magnet yang
dihasilkan rele sanggup untuk menarik kontak NC menjadi terbuka sehingga
kapasitor dilepaskan lagi dari rangkaian. Disamping itu,
penggunaan kapasitor start pada motor kapasitor dapat divariasikan misalnya
dengan tegangan tegangan ganda seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.6
Gambar
2.6 Motor kapasitor
start tegangan ganda, putaran satu arah.
Untuk penggunaan
tegangan rendah pada gambar 2.6, kumparan utama I dan kumparan utama II
diparalel dengan cara terminal 1 dikopel dengan 3, terminal 2 dikopel dengan 4,
kemudian terminal 1 dan 2 diberikan untuk sumber tegangan. Untuk tegangan
tingginya, kumparan utama I dan kumparan utama II dihubungkan secara seri,
kemudian terminal 1 dikopel dengan 4 dan terminal 3 dan 2 untuk sumber
tegangan.
b. Motor kapasitor start dan jalan
(capacitor start-capacitor run motor)
Pada dasarnya
motor ini sama dengan capasitor start motor, hanya saja pada motor jenis ini
kumparan bantunya mempunyai 2 macam kapasitor dan salah satu kapasitornya
selalu dihubungkan dengan sumber tegangan (tanpa saklar otomatis). Motor ini
menggunakan nilai kapasitansi yang berbeda untuk kondisi start dan jalan. Dalam
susunan pensaklaran yang biasa, kapasitor start yang seri dengan saklar start
dihubungkan secara paralel dengan kapasitor jalan dan kapasitor yang
diparalelkan itu diserikan dengan kumparan bantu.
Penggunaan
kapasitor start dan jalan yang terpisah memungkinkan perancangan motor memilih
ukuran optimum masing-masing, yang menghasilkan kopel start yang sangat baik
dan prestasi jalan yang baik. Tipe kapasitor yang digunakan pada motor
kapasitor ini adalah tipe elektrolit dan tipe berisi minyak. Rancangan motor
ini biasanya hanya digunakan untuk penggunaan motor satu fasa yang lebih besar
dimana khususnya diperlukan untuk kopel start yang tinggi. Keuntungan dari
motor jenis ini adalah :
1. Mempertinggi
kemampuan motor dari beban lebih.
2. Memperbesar
cos ϕ (faktor daya).
3. Memperbesar
torsi start.
4. Motor
bekerja lebih baik (putaran motor halus).
Motor jenis ini
bekerja dengan menggunakan kapasitor dengan nilai yang tinggi (besar) pada saat
startnya, dan setelah rotor berputar mencapai kecepatan 75% dari kecepatan
nominalnya, maka kapasitor startnya dilepas dan selanjutnya motor bekerja
dengan menggunakan kapasitor jalan dengan nilai kapasitor yang lebih rendah
(kapasitas kecil) agar motor dapat bekerja dengan lebih baik. Bentuk gambaran
motor jenis ini diperlihatkan pada gambar 2.7. Pertukaran harga kapasitor dapat
dicapai dengan dua cara sebagai berikut:
a.
Dengan menggunakan dua kapasitor yang
dihubungkan secara paralel pada rangkaian bantu, kemudian setelah saklar
otomatis bekerja maka hanya sebuah kapasitor yang terhubung secara seri dengan
kumparan bantu (gambar 2.7a)
b.
Dengan memasang sebuah kapasitor yang
dipasang secara paralel dengan ototransformator step up (gambar 2.7b).
Gambar
2.7 Cara mendapatkan pertukaran harga kapasitor
3.
Motor
kapasitor jalan (capacitor run motor).
Motor ini
mempunyai kumparan bantu yang disambung secara seri dengan sebuah kapasitor
yang terpasang secara permanen pada rangkaian motor. Kapasitor ini selalu
berada dalam rangkaian motor, baik pada waktu start maupun jalan, sehingga
motor ini tidak memerlukan saklar otomatis. Oleh karena kapasitor yang digunakan
tersebut selalu dipakai baik pada waktu start maupun pada waktu jalan maka
harus digunakan kapasitor yang memenuhi syarat tersebut yaitu kapasitor yang
berjenis kondensator minyak, atau kondensator kertas minyak. Pada umumnya
kapasitor yang digunakan berkisar antara 2 sampai 20 µF. Bentuk hubungannya
kapasitor pada rangkaian motor diperlihatkan pada Gambar 2.8 dengan jenis dua
arah putaran, dan pada Gambar 2.9 dengan jenis 2 variasi kecepatan yang
berbeda.
Gambar
2.8 Motor kapasitor jalan yang bekerja dengan 2 arah putaran
(maju
dan mudur) dengan kumparan utama sama dengan
kumparan bantu.
Gambar 2.9 Motor kapasitor jalan dengan 2 variasi
kecepatan.
Pada
Gambar 2.8, waktu putaran kanan, kumparan A diseri dengan kapasitor dan
kumparan B bertindak sebagai kumparan utama, sedangkan pada waktu putaran kiri,
kumparan B diseri dengan kapasitor dan berfungsi sebagai kumparan bantu,
sehingga kumparan A sekarang berfungsi sebagai kumparan utama. Selanjutnya pada
Gambar 2.9 diperlihatkan contoh penerapan motor kapasitor jalan yang dapat
diatur kecepatannya yang biasa diterapkan pada kipas angin.
4. Motor Kutup Bayangan
Motor
kutub bayangan (Shaded pole) ini menggunakan kutup magnet stator yang dibelah
dan diberi cincin pada bagian kutup yang kecil yang disebut kutup bayangan, dan
sisi kutup yang besar disebut kutub pokok (Un shaded pole) dengan rotor yang
biasa digunakan adalah rotor sangkar tupai seperti yang diperlihatkan pada Gambar
2.10 Motor kutub bayangan ini biasanya diterapkan untuk kapasitas yang kecil
dan sering dijumpai pada motor-motor kipas angin yang kecil.
Gambar 2.10 Kutub utama dan kutub
bayangan motor kutub bayangan
Gambar 2.11 Bentuk fisik motor
kutup bayangan
Gambar
2.10b menunjukkan sebuah kutub dari motor kutub bayangan, kira-kira 1/3 dari
kutub diberi alur yang selanjutnya dilingkari (diberi cincin) dengan satu
lilitan hubung singkat (CU Coil) dan dikenal dengan kumparan bayangan (shading
coil). Kutub yang diberi cincin ini dikenal dengan nama kutub bayangan, dan
bagian lainnya yang besar dikenal dengan kutup bukan bayangan (Un shaded pole).
Medan putar yang dihasilkan pada motor jenis ini adalah karena adanya induksi
pada cincin hubung singkat yang terdapat pada kutub bayangan yang berasal dari
pengaruhi induksi magnet pada kutup yang lainya, sehingga motor ini
menghasilkan fluks magnet yang berputar. Contoh bentuk fisik motor kutup
bayangan diperlihatkan pada Gambar 2.11
Dibawah
ini pada gambar 2.12 diperlihatkan gambar perbandingan karakteristik motor
motor induksi satu fasa sesusai dari cara kerjanya.
Gambar 2.12 Kurva perbandingan
karakteristik motor motor induksi 1- fasa
5.
Medan
Putar pada Motor induksi 1-fasa
Motor Induksi satu phasa berbeda cara
kerjanya dengan motor induksi tiga phasa. Pada motor induksi tiga phasa,
kumparan stator mempunyai tiga belitan yang sedemikian berbeda fasa 1200
listrik. Perbedaan ini akan menghasilkan medan putar pada stator yang dapat
memutar rotor.. Pada motor induksi 1-phasa hanya memiliki dua belitan /
kumparan stator, yaitu kumparan utama (belitan U1- U2) dan kumparan bantu
(belitan Z1-Z2), seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.13
Kumparan
utama pada motor induksi 1-fasa ini menggunakan penampang kawat tembaga lebih
besar sehingga memiliki impedansi lebih kecil. Sedangkan kumparan bantu dibuat
dari tembaga berpenampang kecil dan jumlah belitannya lebih banyak, sehingga
impedansinya lebih besar dibanding impedansi kumparan utama. Arus kumparan
bantu dan arus kumparan bantu akan berbeda phasa sebesar φ, karena perbedaan
besarnya impedansi kedua motor. Perbedaan fasa arus ini akan menghasilkan torsi
pada motor yang dapat memutar rotor motor induksi 1-fasa. Bila rotor telah berputar,
maka kumparan motor dapat diaktifkan hanya satu saja yaitu kumparan utama saja.
Jika diinginkan dengan kinerja motor yang lebih, maka dapat dirancang untuk
mengaktifkan kedua kumparan saat start dan saat jalan, seperti yang diterapkan
pada motor kapasitor. Gambaran bentuk perbedaan fasa antara arus kumparan bantu
dan kumparan utama diperlihatkan pada Gambar 2.14 berikut ini.
Gambar 2.13 Bentuk hubungan sederhana belitan /
kumparan pada motor
induksi 1-fasa
Gambar 2.14 Gelombang arus kumparan bantu dan
kumparan utama
3.
DIAGRAM
PENGAWATAN MOTOR INDUKSI 1 FASA 24 ALUR
3.1
Pengawatan
Bentang Belitan
Gambar
3.1 Diagram bentang belitan running dan starting
Dari gambar 3.1 dapat terlihat
pengawatan bentang belitan dari running dan starting motor induksi 1 Fasa 24
alur. Pengawatan yang berwarna merah merupakan belitan dari running dengan
kebel keluaran a dan b. Sedangkan pengawatan yang berwarna hitam merupakan
bentang belitan dari starting yang kabel keluarannya yaitu c dan d. Jumlah
semua kumparan ada 5, dan dari 5 kumpran itu berbeda jumlah lilitannya.
Terhitung dari kumparan paling dalam dihitung kumparan 1, 2, 3, 4 dan 5. Jumlah
lilitan setiap kumparan yaitu :
1-12 = 52 lilitan
2-11 = 108 lilitan
3-10 = 107 lilitan
4-9 = 47 lilitan
4-8 = 44 lilitan
Gambar 3.2 Rangkaian Motor Induksi 1 Fasa
Pada gambar 3.2 terlihat rangkaian
dari motor induksi satu fasa yang terdiri dari kumparan running, kumparan starting,
kapasitor, dan sumber tegangan AC (Alternating
Current).
Paku 20 buah
Kawat email (coil) ukuran 3,0 mm2 secukupnya
Kawat email (coil) ukuran 3,5 mm2 secukupnya
Sisir 1
buah
Benang jagung secukupnya
Selongsong (±5 cm) 20
buah
Prespan putih 24
buah
Prespan kertas 2
buah
Timah secukupnya
Papan 1
buah
Kapasitor 6 μF 1
buah
Kabel NYAF (±20
CM) 4
buah
Solder 1
buah
Rol 1
buah
Gunting 1
buah
Lakban kertas secukupnya
Tang potong 1
buah
Tang kombinasi 1
buah
Tang buaya 1
buah
Palu 1
buah
Motor induksi 1 fasa 24 alur 1 buah
Tang Ampere 1
buah
5.
LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan
bahan
2. Ambil data yang diperlukan, seperti
nameplate motor, rangkaian belitan, dan ukuran dari kabel yang akan diguanakan.
3. Sesuaikan jumlah alur dengan gambar
rangkaian yang akan dipasang.
4. Membuat ukuran pertama dengan cara
membuat ukuran cetakan langsung pada alur motor.
5. Memasang paku sesuai dengan ukuran
pertama yang sudah diukur.
6. Memasang selongsong pada paku agar tidak
terjadi luka (kebocoran) pada kawat coil.
Gambar 5.1 selongsong yang sudah dipasang pada paku
7. Mulai melilit dengan patokan jumlah
lilitan yang ada pada keterangan Gambar 3.1.
1-12 = 52 lilitan
2-11 = 108 lilitan
3-10 = 107 lilitan
4-9 = 47 lilitan
5-8 = 44 lilitan
8. Masukkan presspan kedalam semua alur yang
akan diisi oleh kumparan.
Gambar 5.2 Alur Pada Rotor yang Sudah Dipasangi Selongsong
9. Setelah selesai melilit kumparan Running
(kawat coil 3,5 mm2) dan kumparan starting (kawat coil 3,0 mm2),
kemudian masukkan kumparan running terlebih dahulu kedalam alur motor sesuai
dengan nomor alur pada Gambar 3.1. yang ditandai dengan warna merah, baru
kemudian masukkan kumparan starting sesuai dengan nomor alur pada keterangan
Gambar 3.1. yang ditandai dengan warna hitam.
Gambar 5.3 Kumparan Running dan Starting yang Sudah Dililit Ulang
10. Setelah seluruh kumparan dipasang kedalam
alur dan sudah dirapikan menggunakan sisir, lakukan penyambungan sesuai dengan
Gambar 3.1. kawat coil running (merah) dihubungkan menggunakan timah, dan kawat
coil starting (hitam) dihubungkan dengan timah.
Gambar 5.4 Pemasangan Kumparan kedalam Alur
Gambar 5.5 Kurmparan Running yang Sudah dimasukkan kedalam Alur
11. Agar tidak terjadi kekeliruan, gunakan
multimeter untuk mengecek apakah kumparan sudah tersambung dengan baik.
12. Setelah menyambung kumparan running dan
menyambung kumparan starting. Lakukan pengikatan agar terlihat rapi menggunakan
benang jagung dan gunakan kertas presspan sebagai pemisah antara kumparan
running dan kumparan starting.
13. Kemudian tentukan 4 keluaran a-b-c-d dari
penyambungan sebelumnya agar dapat dihubingkan seperti gambar 3.2
14. Keluaran a-b-c-d dihubungkan dengan kabel
lebih kurang 20 cm .
Gambar 5.6 Penyambungan kabel dengan kumparan running dan starting
15. Setelah dihubungkan seperti gambar
langkah kerja 13, kemudian cek kembali hubungan kumparan dengan multimeter.
16. Setelah dilakukan pengecekan, kemudian
lakukan pengukuran tahanan isolasi antar kumparan dan antara kumparan dengan
body motor menggunakan multimeter. Catat hasil pengukuran yang didapat untuk
dilampirkan pada laporan praktikum.
17. Setelah dilakukan pengukuran tahanan
isolasi, apabila tidak terjadi kebocoran, maka pasang stator motor dan
hubungkan dengan kapasitor dan sumber tegangan AC sesuai dengan gambar 3.2.
18. Setelah dirangkai, kemudian hidupkan
motor, apabila motor dapat berputar (berfungsi dengan baik), maka rewinding
yang dilakukan berhasil.
19. Pembuatan laporan
Dengan Nameplate Motor sebagai berikut :
Gambar 6.1 Nameplate motor induksi 1
fasa 24 alur
Tabel 6.1 Keterangan Nameplate Motor Induksi 1 Fasa 24 Alur
No
|
Besaran
|
Nilai
|
1
|
Merek
|
SAN-EI
|
2
|
Tegangan
|
220 V
|
3
|
Frequensi
|
50 Hz
|
4
|
Daya Keluaran
|
125 Watt
|
5
|
Kapasitas
|
36 liter/min
|
6
|
RPM
|
2850
|
7
|
Diameter Running
|
3,5 mm2
|
8
|
Diameter Starting
|
3,0 mm2
|
Didapatkan hasil pengukuran dan hasil
pengujian sebagai berikut :
Tabel 6.2 Nilai Tahanan Isolasi Motor Induksi 1 Fasa 24 Alur
No
|
Jenis Tahanan
|
Nilai Tahanan (Ω)
|
1
|
Tahanan Isolasi Kumparan Running
|
33,5
|
2
|
Tahanan Isolasi Kumparan Starting
|
45
|
3
|
Tahanan Isolasi Kumparan dengan Body
|
Tabel 6.3 Nilai Arus Motor Induksi 1 Fasa 24 Alur
No
|
Jenis Arus
|
Nilai Arus (A)
|
1
|
Arus Start Motor
|
3,1
|
2
|
Arus Kumparan Running
|
1,1
|
3
|
Arus Kumparan Starting
|
1,1
|
Gambar 6.2 Pengujian Motor Induksi 1 Fasa
7.
ANALISIS
Setalah melakukan praktikum rewinding, dilakukan
pengukuran dan pengujian motor induksi 1 fasa dengan julah alur yaitu 24 alur,
hasil dari pengukuran dapat dilihat pada tabel 6.1 dan tabel 6.2.
Dari hasil pengukuran tahanan isolasi
dapat terlihat bahwa tahanan isolasi
antara body motor dengan kumparan sangatlah baik dengan hasil yaitu tak
terhingga Ω, nilai tahanan isolasi kumparan running lebih kecil dari pada nilai
tahanan isolasi kumparan starting, hal tersebut dapat terjadi karena :
Keterangan
: R = Tahanan isolasi (Ω)
L =
Panjang Kabel (m)
A =
Luas penampang kabel (mm2)
Dari persamaan diatas dapat kita analisa bahwa :
Kumparan Starting nilainya lebih besar
dari pada kumparan running karena nilai luas penampang (A) kumparan starting
lebih kecil dari pada kumpaan running yaitu sebesar 3,00 mm2 untuk
kumparan starting dan 3,5 mm2 untuk kumparan running.
Dan dengan tahanan isolasi yang bagus
akan membuat motor lebih aman karena tidak akan terjadi kebocoran arus.
Untuk nilai Arus dapat dicari dengan
rumus In =
Maka In =
= 0,7 A
Sedangkan Arus Start
(Is) yang didapat berdasarkan pengukuran adalah 3,1 Ampere. Maka nilai kejutan
awal start motor yaitu sebesar :
Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa
arus start sebesar 4 kali arus nominal motor.
8.
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum mengenai rewinding motor
induksi 1 fasa 24 alur dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan rewinding ulang
membutuhkan konsentrasi, focus dan kesabaran yan tinggi. Agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak dinginkan seperti kebocoran isolasi yang dapat mengakibatkan
kebocoran arus dan hal tersebut sangat berbahaya. Nilai tahanan isolasi suatu
kumparan akan lebih besar apabila luas penampangnya lebih kecil.
*Semoga Bermanfaat dan Happy Learning :)
terimakasih, penjelasannya cukup jelas di jelaskan didalamnya :)
ReplyDelete