LABORATORIUM PROTEKSI DAN DISTRIBUSI
|
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM
RANGKAIAN DAN FUNGSI RELAY DIFFERENSIAL
Nama : Fajar Rinaldy
Nim : 1620403003
Kelas : TL 3.A
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI TEKNOLOGI LISTRIK
TAHUN AJARAN
I.
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini
mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui
cara pengoprasian alat ukur
2. Mengetahui
cara merangakai Proteksi Transformator
3.
Mengetahui
cara membaca dan menganalisa gambar rangkaian yang
dilakukan dalam praktikum tersebut.
4.
Mengetahui prinsip kerja dan fungsi-fungsi semua
peralatan yang digunakan.
II.
DASAR TEORI
2.1.
Umum
A. Transformator
Arus
Current
Transformer atau yang biasa disebut Trafo arus adalah tipe instrument trafo
yang didesain untuk mendukung arus yang mengalir pada kumparan sekunder
sebanding dengan arus bolak-balik yang mengalir pada sisi primer. Secara umum
Trafo ini digunakan untuk mengukur dan melindungi relay yang memakai tegangan
tinggi di mana trafo ini mempunyai fasilitas pengukuran yang aman dalam
mengukur jumlah arus yang besar begitu juga dengan tegangan yang tinggi.
Disamping
penggunannya untuk mengukur arus, trafo ini juga dibutuhkan untuk pengukuran
daya dan energy, pengukuran jarak jauh dan relay proteksi.Kumparan primer trafo
arus dihubungkan secara serie dengan jaringan atau peralatan yang akan diukur
arusnya, sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan peralatan meter dan
relay proteksi.
Trafo
ini bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat. Trafo arus untuk tujuan
proteksi biaisanya harus mampu bekerja lebih dari 10 kali arus pengenalnya.
Cara kerja dari
trafo arus ini: Jika pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan
primer akan timbul gaya gerak magnet sebesar N1 I1. Gaya gerak magnet ini
memproduksi fluks pada inti.
Fluks ini
membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Jika kumparan sekunder
tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2. Arus ini
menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder.
B. Relay
Proteksi
Relay Proteksi
adalah alat yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengontrol jaringan
listrik pada sebuah sistem akibat adanya perubahan rangkain lain pada sistem
tersebut.
Di dalam sebuah
relay yang perlu di perhatikan adalah rangkain elektrik yang di gunakan di
dalam pengontrolan coil relay tidak berhubungan dengan rangkain elektrik yang
terhubung dengan kontak. Kontak bekerja berdasarkan gerak magnet yang di
timbulkan oleh coil, sehingga keadua rangkaian ini terpisah antara satu dengan
yang lainya. Rangkain yang di gunakan untuk mengerjakan coil pada umumnya di
sebut rangkain control dan rangkain yang melalui kontak disebut rangkain beban.
Spesifiaksi coil
pada relay :
Arus inrush
Adalah besarnya
arus yang di perlukan untuk meng–energized kontak pertama kali . Besar arus ini
pada umumnya 5 kali lebih besar dari arus sel–in. Arus sel–in,
adalah besar arus minimal yang di perlukan untuk menahan coil tetap pada posisi
energized.
Tegangan pick–up
Adalah besarnya
nilai teganagan yang di perlukan untuk menarik kontak saat coil di–energezet.
Hal ini patut di perhatikan karena fluktuatifnya nilai tegangan system.
Tegangan drop–out
Adalah besar
tegangan yang harus di jaga oleh coil agar kontak tidak terlepas oleh coil.
Besar tegangan ini adalah 5–10% di bawah tegangan pada coil. Jika hal ini
terjadi , maka hal yang sering dijumpai adalah relay akan bergetar dan
menimbulkan suara yang kasar.
Hubungan kontak
pada relay pada umumnya terdiri dari NO
(normally open) dan NC
(normally close).
2.2 Prinsip Dasar Transformator
Transformator terdiri dari dua gulungan kawat yang terpisah satu sama lain,
yang dibelitkan pada inti yang sama. Daya listrik dipisahkan dari kumparan
primer ke kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnet (fluks magnet)
yang dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer.
Untuk dapat membangkitkan tegangan listrik pada kumparan sekunder, fluks magnet
yang dibangkitkan oleh kumparan primer harus berubah-ubah. Untuk mengetahui hal
ini, aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer haruslah aliran
listrik bolak-balik. Saat kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC,
pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet.
U1 :
tegangan primer
U2: tegangan sekunder
I1: arus primer
I2: arus sekunder
ep: GGL induksi pada
kumparan primer
es: GGL induksi pada
kumparan sekunder
Np: lilitan primer
Ns: lilitan sekunder
Φb: fluks magnet
bersama
Z : beban
(ggm) bersama yang bolak-balik juga. Dengan adanya ggm ini, di sekitar
kumparan primer timbul fluks magnet bersama dan pada ujung-ujung kumparan
sekunder timbul gaya gerak listrik (ggl) induksi sekunder yang mungkin sama,
lebih tinggi, atau lebih rendah dari gaya gerak listrik primer. Hal ini
tergantung pada transformasi kumparan transformator. Jika kumparan sekunder
dihubungkan kebeban, maka pada kumparan sekunder timbul arus bolak-balik
sekunder akibat adanya gaya gerak listrik induksi sekunder. Hal ini
mengakibatkan timbul gaya gerak magnet pada kumparansekunder dan akibatnya pada
beban timbul tegangan sekunder.
2.3. Proteksi
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah perlindungan atau
isolasi pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan
utama proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan
gangguan yang telah terjadi dan melokalisirnya, dan membatasi
pengaruh-pengaruhnya, biasanya dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu
tanpa mengganggu bagian-bagian yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi kondisi abnormal dalam suatu rangkaian
listrik dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi
normal dengan kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada
pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik
yaitu :
a. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan rele
proteksi terhadap segala macam gangguan dengan tepat yakni gangguan yang
terjadi di daerah perlindungannya. Sensitifitas suatu sistem proteksi
ditentukan oleh nilai terkecil dari besaran penggerak saat peralatan proteksi
mulai beroperasi. Nilai terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai
minimum arus gangguan dalam daerah yang dilindunginya.
b. Selektifitas dan
diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi
harus dapat memilih bagian sistem yang harus diisolir apabila rele proteksi
mendeteksi gangguan. Bagian yang dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya
adalah bagian yang terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu
sistem proteksi harus mampu membedakan antara kondisi normal dan kondisi
abnormal. Ataupun membedakan apakah kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam
atau di luar daerah proteksinya.
c. Kecapatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat
kecepatan sebagaimana ditentukan sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan
manusia, peralatan dan stabilitas operasi.
d. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan
andal jika selalu berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Sistem proteksi
disebut tidak andal bila gagal bekerja pada saat dibutuhkan dan bekerja pada
saat proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
e. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak
terlepas tentunya dari pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang
digunakan hendaknya ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan
keandalannya.
2.4 Relay Differensial
Rele diferensial merupakan suatu rele yang
prinsip kerjanya berdasarkan keseimbangan (balance), yang membandingkan
arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal
peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. RELE ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi didalam daerah pengaman
transformator. Rele ini merupakan pengaman utama (main protection) yang
sangat selektif dan cepat, sehingga tidak perlu dikoordinir dengan rele lain
dan tidak memerlukan time delay. (Sumanto, 1996)
· Prinsip Kerja Dari Rele
Diferensial
Dalam kondisi normal, arus mengalir
melalui peralatan listrik yang diamankan (generator, transformator dan
lain-lainnya). Arus-arus sekunder transformator arus, yaitu I1 dan I2 bersirkulasi
melalui jalur IA. Jika rele pengaman dipasang antara terminal 1 dan 2, maka
dalam kondisi normal tidak akan ada arus yang mengalir melaluinya. Dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
Jika terjadi gangguan di luar peralatan
listrik peralatan listrik yang diamankan (external fault), maka
arus yang mengalir akan bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap
sama dengan pada kondisi normal, sehingga rele pengaman tidak akan bekerja
untuk gangguan luar tersebut. Jika gangguan terjadi didalam (internal fault),
maka arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan
keseimbangan pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir
melalui rele pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal 2. Selama arus-arus sekunder
transformator arus sama besar, maka tidak akan ada arus yang mengalir melalui kumparan
kerja (operating coil) rele pengaman, tetapi setiap gangguan (antar fasa
atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu, akan
menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil rele pengaman, maka
relai pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping)
kepada circuit breaker (CB). Seperti gambar dibawah ini :
·
Jenis
Relay Differensial
1. Differensial Arus
Tipe
relay differensial ini mungkin bekerja kurang akurat dengan gangguan (misal
eksternal) seperti CT yang sama tidak memiliki arus sekunder yang sama terhadap
kesalahan konstruksional atau di bawah kondisi gangguan dapat menyebabkan terjadinya
saturasi pada CT, adanya arus sekunder yang tidak sama dan perbedaan arus
sekunder dapat menyebabkan pendekatan nilai pickup relay
2. Relay Differensial tipe persentase
Untuk
memperoleh sensitivitas yang tinggi terhadap adanya gangguan internal ringan
dengan sekuritas yang tinggi terhadap gangguan-gangguan eksternal,
makakebanyakan digunakan rele diferensial tipe persentase. Gambar berikut akan
memperlihatkan skema sederhana dari rele jenis ini. Rangkaian sekunder dari CT
dihubungkan dengan belitan penahan ® dari rele. Arus-arus yang merintangi
operasi rele tersebut. Selain itu, yang berhubungan dengan kumparan penahan adalah
kumparan kerja. Arus pada kumparan ini yang akan mengoperasikan rele
diferensial.Rele diferensial dapat berupa rele diferensial tetap atau variable
presentase. Tipikal karakteristik beberapa tipe rele jenis ini diperlihatkan
pada Gambar. Absis dari kurva karakteristik tersebut adalah arus penahan, yang
dapat berupa arus smaller " IR atau arus larger ' IR tergantung desain. Ordinat
dari kurva karakteristik adalah arus operasi OP I yang dibutuhkan untuk menggoperasikan
/menggerakkan rele. Rele diferensial persentase tipe tetap yang ada, yaitu antara
10 dan 50% dan memiliki Tap untuk merubah persentase
Untuk
rele diferensial persentase 50%, arus gangguan ekesternal 10 A membutuhkan
selisih atau arus operasi sebesar 5A atau lebih agar rele dapat beroperasi.
Untuk tipe 10%, diperlukan selisih atau arus operasi sebesar 1A. Rele tipe
persentase variabel tidak memiliki Tap persentase. Pada arus yang rendah,
persentase rendah pada tingkatan ini unjuk kerja CT berada pada tingkat terbaik.
Pada arus-arus gangguan yang besar, dimana unjuk kerja rele tidak sebaik pada
saat arus rendah, dibutuhkan persentase yang tinggi. Hal ini dapat meningkatkan
sensitivitas dan skuritas rele.
·
Tinjauan Beberapa
Masalah Terhadap Relay Differensial
1. Karakteristik CT
Relay differensial dalam operasinya
bahwa dalam keadaan normal atau terjadi gangguan diluar daerah pengamanannya
arus pada relay sama dengan nol. Karena itu kemungkinan salah kerja dari relay
differnsial dapat terjadi, arus yang dapat menyebabkan relay salah kerja
tersebut dinamakan arus ketidakseimbangan. Bila suatu arus yang besar mengalir
melalui suatu trafo arus maka arus pada terminal sekunder tidak lagi linear
terhadap arus primer. Hal ini disebabkan kejenuhan pada intinya. Pada relay
differensial trafo arusnya harus identik, namun kejenuhan intinya tidak dapat
sama betul. Hal ini disebabkan perbedaan beban dari masing masing trafo arus
tersebut.
2. Perubahan Sadapan Berbeban
Pada saat ini umumnya transformator sudah
dilengkapi dengan pengubah sadapan berbeban dimana tap input dapat dirubah
untuk mendapatkan output yang dikehendaki. Penyetelan dari trafo-trafo arus
pada transformator daya telah diset pada tegangan nominal dari transformator
daya tersebut. Dengan demikian bila terjadi gangguan pada waktu operasi transformator
tersebut, maka tegangan pada sisi primernya harus dirubah agar tegangan pada
sisi sekundernya tetap. Oleh karena itu harga-harga tap trafo yang telah diset
pada tegangan nominalnya tadi tidak akan tepat lagi. Hal tersebutlah yang
menyebabkan terjadinya arus ketidak seimbangan yang dapat membuat relay salah
kerja
3. Adanya Arus Serbu Magnetisasi
(Magnetising Inrush Current) Pada Trafo
Jika trafo daya dihubungkan kesuatu
sumber tenaga (jaringan) maka pada sisi primernya akan terjadi proses transient
yaitu menaiknya arus yang dinamakan arus serbu magnetisasi (Magnetising Inrush
Current) yang besarnya dapat mencapai 8 sampai 30 kali dari arus beban penuh
yang terjadi dalam waktu relative cepat. Peristiwa ini dapat membawa pengaruh
terhadap kerja suatu relay kendatipun pada daerah pengamanan tidak terjadi
kesalahan
·
Contoh Penggunaan Relay
Differensial
1. Penggunaan relay differensial dapat
kita jumpai pada perlindungan pandu (pilot). Perlindungan pandu (pilot)
menggunakan prinsip dari rele differensial, haya saja disini tidak menggunakan
kabel kendali antar terminal- terminalnya. Istilah pandu (pilot) disini adalah
berupa kanal komunikasi antara dua atau lebih ujung dari saluran transmisi,
yang berguna untuk membuka PMT-PMT secara serentak bila saluran tersebut
mengalami gangguan. Bentuk perlindungan seperti ini dikenal sebagai
perlindungan jarak jauh (teleprotection). Kanal komunikasi yang umum dipakai
adalah :
ü Saluran
pembawa tenaga (power line carier)
ü Gelombang
pendek (microwave)
ü Fiber
optics
ü Kabel
komunikasi
2.
Generator
3.
Transformator Daya
4.
Busbar
5. Motor Listrik Kapasitas besar
III.
GAMBAR
RANGKAIAN
IV.
Peralatan dan Bahan
·
Bahan
Power Supplay 1 Buah
Alat Ukur CO5127-1Y 2
Buah
PMT CO3301 – 5P 2
Buah
Meja HC 1123 1
Buah
Jumper U 21
Buah
Kabel 15
Buah
·
Alat
Panel
ST 7008-1N 1 Buah
1.
Mempersiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan dalam percobaan.
2.
Memeriksa alat dan
bahan sebelum digunakan dalam percobaan, jika ada alat dan bahan yang tidak
dapat digunakan maka melaporkannya pada dosen pengasuh atau teknisi
laboratorium.
3.
Membuat rangkaian
seperti gambar rangkaian.
Mengikuti prosedur yang telah ditentukan pada
joobsheet praktikum Lab. System Proteksi.
4.
Memeriksa kembali
rangkaian agar tidak terjadi kesalahan dalam merangkai, kemudian melaporkannya
pada dosen pengasuh.
1.
Memakai baju
laboratorium pada saat melaksanakan percobaan.
2.
Mematuhi semua
peraturan yang ada di dalam laboratorium.
3.
Mengikuti instruksi
yang diberikan oleh dosen pengasuh.
4.
Tidak bermain-main
dengan sumber tegangan dan peralatan yang ada didalam laboratorium.
VII. ANALISA
Relay differential bekerja berdasarkan perbandingan arus
masukan dan arus keluaran. Jika terjadi perbedaan maka relay akan mendeteksi
adanya gangguan pada peralatan yang diamankan. Relay ini efektif untuk
mengamankan gangguan yang bersifat internal. Untuk gangguan yang bersifat
ekternal, arus masukan dan arus keluaran transformator sama besar meskipun arus
tersebut melebihi arus maksimal transformator, oleh sebab itu relay tidak
meresponnya sebagai gangguan.
VIII. KESIMPULAN
Setelah Dari hasil
simulasi dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada saat terjadi gangguan di zona
proteksi, yaitu zona internal baik
disisi
primer maupun sekunder transformator, relay differensial memberikan signal trip
pada PMT sesuai waktu settingnya.
2. Pada saat gangguan terjadi di luar zona
proteksi, relay differensial tidak memberikan signal trip pada PMT.
3. Relay differensila dapat dikatakan
selektif, karena bekerja sesuai dengan tugasnya, yaitu mendeteksi gangguan pada
zona proteksi.
No comments:
Post a Comment